BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Dilihat dari perkembangannya, sejak awal abad ke 20 kewirausahaan
sudah diperkenalkan di beberapa negara. Misalnya di Belanda dikenal dengan “Ondernemer”,
di Jerman dikenal dengan “Unternehmer”. Di beberapa negara,
kewirausahaan memilki banyak tanggung jawab antara lain tanggung jawab dalam
mengambil keputusan yang menyangkut kepemimpinan teknis, kepemimpinan
organisasi dan komersial, penyediaan modal, penerimaan, dan penanganan tenaga
kerja, pembelian, penjualan, pemasangan iklan dan lain-lain.
Dahulu kewirausahaan dianggap hanya dapat dilakukan melalui
pengalaman langsung di lapangan dan merupakan bakat yang dibawa sejak lahir “enterpreneurship
are born not made”, sehingga kewirausahaan tidak dapat dipelajari dan
diajarkan “enterpreneurship are not onlyborn but also made”, artinya
kewirausahaan tidak hanya bakat bawaan sejak lahir atau urusan pengalaman
lapangan, tetapi juga dapat dipelajari dan diajarkan. Seseorang yang memilki
bakat kewirausahaan dapat mengembangakan bakatnya melalui pendidikan. Mereka
yang menjadi enterpreneur adalah orang-orang yang mengenal potensi (traits)
dan belajar mengembangkan potensi untuk menangkap peluang serta mengorganisir
usaha dalam mewujudkan cita-citanya. Oleh karena itu, untuk menjadi wirausaha
yang sukses, memilki bakat saja tidak cukup, tetapi juga harus memilki
pengetahuan mengenai segala aspek usaha yang akan ditekuni.
Setiap orang harus belajar banyak tentang dirinya sendiri, jika
bermaksud untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang paling diinginkan
dalam hidup ini. Kekuatan anda datang dari tindakan diri sendiri dan bukan dari
tindakan orang lain. Meskipun resiko kegagalan selalu ada, para wirausaha
mengambil resiko dengan jalan menerima tanggungjawab atas tindakan mereka
sendiri. Kegagalan harus diterima sebagai pengalaman belajar. Belajar dari
pengalaman lampau akan membantu anda menyalurkan kegiatan anda untuk mencapai
hasil yang lebih positif dan keberhasilan merupakan buah dari usaha yang tidak
mengenal lelah.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa saja tipe
wirausaha?
2.
Apa saja
kebutuhan kewirausahaan?
C.
Tujuan Masalah
1.
Mengetahui
macam-macam tipe wirausaha.
2.
Mengetahui akan
kebutuhan kewirausahaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Macam-Macam
Tipe Kewirausahaan
Bila ahli ekonomi seorang entrepreneur adalah orang yang
mengkombinasikan resources, tenaga kerja, material dan peralatan lainnya
untuk meningkatkan nilai yang lebih tinggi dari sebelumnya, dan juga orang yang
memperkenankan perubahan-perubahan, inovasi dan perbaikan produksi lainnya.
Dengan kata lain wirausaha adalah seorang atau sekelompok orang yang
mengorganisir faktor-faktor produksi alam, tenaga, modal dan skill untuk tujuan
berproduksi.[1]
Bagi seorang psychologist seorang wirausaha adalah seorang yang
mempunyai dorongan kekuatan dari alam untuk memperoleh sesuatu tujuan,
sukamengadakan eksperimen atau untuk menampilkan kebebasan orang lain.
Bagi seorang businessman atau wirausaha adalah merupakan ancaman,
pesaing baru atau juga bisa seorang partner, pemasok, konsumen atau seseorang
yang bisa diajak kerjasama.
Bagi seorang pemodal melihat wirausaha adalah seorang yang
menciptakan kesejahtraan buat orang lain, yang menemukan cara-cara untuk
menggunakan, resources, mengurangi pemborosan, dan membuka lapangan
kerja yang disenangi oleh masyarakat.
Sedangkan kewirausahaan adalah proses dinamika untuk menciptakan
tambahan kemakmuran. Tambahan kemakmuran ini diciptakan oleh individu wirausaha
yang menanggung resiko, menghabiskan waktu, dan menyediakan berbagai produk
barang dan jasa. Barang dan jasa yang dihasilkannya boleh saja bukan merupakan
barang baru tetapi mesti mempunyai nilai yang baru dan berguna dengan
memanfaatkan skill dan resourcs yang ada. Dalam pengertian wirausaha di atas
tersimpul konsep-konsep sepeti situasi baru, mengorganisir, menciptakan,
kemakmuran, dan menanggung resiko, wirausaha ini dijumpai pada semua profesi
seperti pendidikan, kesehatan, peneliti, hukum, arsitektur, engineering,
pekerjaan sosial dan distribusi.
Kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu yang lain dengan
menggunakan waktu dan kegiatan disertai modal dan resiko serta menerima balas
jasa dan kepuasan serta kebebasan pribadi.[2]
Raymond Kao & Russel Knight (1987:13), memberikan definisi tentang
wirausaha dengan menekankan pada aspek keberhasilan berusaha yang dinyatakannya
sebagai berikut: “An entrepreneur is an independent growth oriented
owner-operator.”
Manager sebuah divisi pada suatu perusahaan bebas melakukan
kegiatan dalam melakukan devinisinya akan tetapi dia harus tunduk kepada
aturan-aturan umum perusahaan. Sebagai kesimpulan Raymond Kao menyatakan bahwa
adalah sulit untuk menggambarkan secara pasti pengertian wirausaha untuk tujuan
akademis.
Dari pengamatan prilaku wirausaha maka dapat dikemukakan tiga tipe
wirausaha, yaitu:
1.
Wirausaha yang
memiliki inisiatif.
2.
Wirausaha yang
mengorganisir mekanisme sosial dan ekonomi untuk menghasilkan sesuatu.
3.
Yang menerima
resiko atau kegagalan.[3]
Karakteristik entrepreneur :
1.
Memiliki
disiplin tinggi.
2.
Selalu awas
terhadap tujuan yang hendak dicapai.
3.
Selalu
mendengarkan rasa intuisinya.
4.
Sopan pada
orang lain.
5.
Mau belajar apa
saja yang memudahkan dia menggapai tujuan.
6.
Mau belajar
dari kesalahan.
7.
Selalu mencari
peluang baru.
8.
Memiliki
ambisi, Berpikiran positif.
9.
Senang
menghadapi resiko dengan membuat perhitungan yang matang.[4]
Tipe kepribadian entrepreneur :
1.
The Improver.
Memiliki kepribadian ini jika seorang menjalankan bisnis dengan
menonjolkan gaya improver alias ingin selalu memperbaiki. Menggunakan
perusahaan untuk “memperbaiki dunia”. Improver memiliki kemampuan yang kokoh dalam
menjalankan bisnis, juga memiliki intergritas dan etika yang tinggi.Personality
Alert: Waspadai sifat yang cenderung menjadi perfeksionis dan terlalu
kritis terhadap karyawan dan pelanggan.
2.
The Advisor.
Tipe kepribadian pebisnis seperti ini bersedia memberikan bantuan
dan saran tingkat tinggi bagi para pelanggannya. Motto dari advisor ini yaitu
pelanggan adalah benar dan kita harus melakukan apa saja untuk menyenangkan
mereka.Personality Alert: Seorang advisor bisa jadi terlalu fokus pada
kebutuhan bisnis mereka dan pelanggan, sehingga cenderung mengabaikan kebutuhan
mereka sendiri.
3.
The Superstar.
Inilah bisnis yang pusatnya dikelilingi oleh karisma dan energi
tinggi dari Sang CEO Superstar. Pebisnis dengan kepribadian seperti ini
biasanya membangun bisnis mereka dengan personal brand mereka sendiri.Personality
Alert: Pebisnis dengan tipe ini bisa menjadi terlalu kompetitif dan
workaholics.
4.
The Artist.
Kepribadian pebisnis seperti ini biasanya senang menyendiri tapi
memiliki kreativitas yang tinggi. Mereka biasanya sering kali ditemukan di
bisnis yang membutuhkan kreativitas seperti pada perusahaan agen periklanan,
web design, dan lain-lain.Personality Alert: Pebisnis tipe ini bisa jadi
terlalu sensitif terhadap respon pelanggan Anda, walaupun kritik dari mereka
bersifat membangun.
5.
The Visionary.
Sebuah usaha yang dibangun oleh seorang visioner biasanya
berdasarkan visi masa depan dan pemikiran pendirinya. Memiliki keingintahuan
yang tinggi untuk mengerti dunia di sekelilingnya dan akan membuat rencana
untuk menghindari segala macam rintangan.
6.
The Analyst.
Menjalankan bisnis sebagai seorang analis, perusahaan biasanya
memfokuskan pada penyelesaian masalah dalam suatu cara sistematis. Seringkali
berbasis pada ilmu pengetahuan, keahlian teknis atau komputer, seorang analis
perusahaan biasanyahebat dalam memecahkan masalah.
7.
The Fireball.
Sebuah usaha yang dimiliki oleh si Bola Api ini biasanya
dioperasikan dengan penuh hidup, energi dan optimisme. Pelanggan merasa
perusahaan kita dijalankan dengan tingkah laku yang menyenangkan.
8.
The Hero.
Memiliki kemauan dan kemampuan yang luar biasa dalam memimpin dunia
dan bisnis kita melalui segala macam tantangan. Kita adalah inti dari kewirausahaaan
dan bisa mengumpulkan banyak perusahaan besar.Personality Alert: Terlalu
mengumbar janji dan menggunakan taktik kekuatan penuh untuk mendapatkan sesuatu
dengan cara kita tidak akan berhasil dalam jangka waktu panjang. Untuk menjadi
sukses, percayailah keterampilan kepemimpinan kita untuk menolong orang lain
menemukan jalan mereka.
9.
The Healer.
Jika kita adalah seorang penyembuh, kita bersifat pengasuh dan
penjaga keharmonisan dalam usaha kita. Memiliki kemampuan bertahan yang luar
biasa dan keteguhan disertai dengan ketenangan dari dalam.
B.
Berbagai Macam
Profil Wirausaha
1.
Women
Entrepreneur
Banyak wanita yang terjun kedalam bisnis, alasan mereka menekuni
alasan bidang bisnis di dorong oleh faktor-faktor antara lain:
a.
Memperlihatkan
kemampuan prestasinya.
b.
Membantu
ekonomi rumah tangga.
c.
Prustasi
terhadap pekerjaan.
2.
Minority
Entrepreneur
Kaum minoritas terutama di negara kita kurang memiliki kesempatan
kerja di lapangan pemerintahan sebagai mana layaknya warga negara pada umumnya.
Oleh sebab itu, mereka berusaha menekuni kegiatan bisnis dalam kehidupan
sehari-hari. Demikian pula para perantau dari daerah tertentu yang menjadi
minoritas pada suatu daerah, mereka juga bergiat mengembangkan bisnis. Kegiatan
bisnis mereka ini makin lama makin maju, dan mereka membentuk organisasi
minoritas di kota-kota tertentu.
3.
Immigrant
Entrepreneurs
Kaum pendatang yang memasuki suatu daerah biasanya sulit untuk
memperoleh pekerjaan formal. Oleh sebab itu, mereka lebih leluasa terjun dalam
pekerjaan yang bersifat non formal yang dimulai dari berdagang kecil-kecilan
sampai berkembang menjadi perdagangan tingkat menengah.
4.
Part Time
Entrepreneurs
Memulai bisnis dalam mengisi waktu lowong atau Part Time
merupakan pintu gerbang untuk berkembang menjadi usaha besar.Bekerja part
time tidak mengorbankan pekerjaan dibidang lain misalnya seorang pegawai
pada sebuah kantor mencoba mengembangkan hobi yang menarik. Hobi ini akhirnya
mendatangkan keuntungan yang lumayan. Ada kalanya orang ini beralih propesi,
dan beralih menjadi pegawai, beralih ke bisnis yang merupakan hobinya.
5.
Home Based
Entepreneurs
Ada pula ibu-ibu rumah tangga yang memulai kegiatan bisnisnya dari
rumah tangga misalnya ibu-ibu yang pandai membuat kue dan aneka masakan
mengirim ke toko eceran di sekitar tempatnya.Akhirnya usaha makin lama makin
maju. Sebagai contoh usaha catering banyak dimulai dari rumah tangga yang bisa
masak. Kemudian usaha catering ini berkembang melayani pesanan untuk pesta.
6.
Family Owned
Business
Sebuah keluarga dapat membuka berbagai jenis dan cabang usaha
mungkin saja usaha keluarga ini di mulai lebih dulu oleh Bapak setelah usaha
bapak maju dibuka cabang baru dan dikelola oleh ibu.Kedua perusahan ini maju
dan membuka beberapa cabang lain mungkin jenis usahanya berbeda atau lokasinya berbeda.
Masing-masing usahanya ini bisa dikembangkan atau dipimpin oleh anak mereka.
Dalam keadaan sulitnya lapangan kerja pada saat ini maka kegiatan semacam ini
perlu dikembangkan.
7.
Copreneurs
Copreneurs dibuat dengan
cara menciptakan pembagian pekerjaan yang didasarkan atas keahlian
masing-masing.[5]
C.
Konsep 10 D
dari Bygrave
Beberapa karakteristik dari wirausahaan yang berhasil memiliki
sifat-sifat yang dikenal dengan istilah 10 D (Bygrave, 1994:5).
1.
Dream
Seorang wirausaha mempunyai visi bagaimana keinginannya terhadap
masa depan pribadi dan bisnisnya dan yang paling penting adalah dia mempunyai
kemampuan untuk mewujudkan impiannya tersebut.
2.
Decisiveness
Seorang wirausaha adalah orang yang tidak bekerja lambat. Mereka
membuat keputusan secara tepat dengan penuh perhitungan. Kecepatan dan
ketepatan dia mengambil keputusan adalah mempunyai faktor kunci dalam
kesuksesan bisnisnya.
3.
Doers
Begitu seorang wirausaha membuat keputusan maka dia langsung
menindak lanjutinya. Mereka melaksanakan kegiatan secepat mungkin yang dia
sanggup artinya seorang wirausaha tidak mau menunda-nunda kesempatan yang dapat
dimanfaatkan.
4.
Determination
Seorang wirausaha melaksanakan kegiatannya dengan penuh perhatian.
Rasa tanggung jawabnya tinggi dan tidak mau menyerah, walaupun dia dihadapkan
pada halangan dan rintangan yang tidak mungkin diatasi.
5.
Dedication
Dedikasi seorang wirausaha terhadap bisnisnya sangat tinggi,
kadang-kadang dia mengorbankan hubungan kekeluargaan, melupakan hubungan dengan
keluarganya untuk sementara. Mereka bekerja tidak mengenal lelah, 12 jam sehari
atau 7 hari dalam seminggu. Semua perhatian dan kegiatannya dipusatkan
semata-mata untuk kegiatan bisnisnya.
6.
Devotion
Devation berarti
kegemaran atau kegila-gilaan. Demikian seorang wirausaha mencintai pekerjaan
bisnisnya dia mencintai pekerjaan dan produk yang dihasilkannya. Hal inilah
yang mendorong dia mencapai keberhasilan yang sangat efektif untuk menjual
produk yang ditawarkannya.
7.
Details
Seorang wirausaha sangat mperhatikan faktor-faktor kritis secara rinci.
Dia tidak mau mengabaikan faktor-faktor kecil tertentu yang dapat menghambat
kegiatan usahanya.
8.
Destiny
Seorang wirausaha bertanggung jawab terhadap nasib dan tujuan yang
hendak dicapainya. Dia merupakan orang yang bebas dan tidak mau tergantung
kepada orang lain.
9.
Dollars
Wirausaha tidak sama mengutamakan mencapai kekayaan. Motifasinya
bukan memperoleh uang. Akan tetapi uang dianggap sebagai ukuran kesuksesan
bisnisnya. Mereka berasumsi jika mereka sukses berbisnis maka mereka pantas
mendapat laba/bonus/hadiah.
10.
Dollars
Seorang wirausaha bersedia mendistribusikan kepemilikan bisnisnya
terhadap orang-orang kepercayaannya. Orang-orang kepercayaan ini adalah
orang-orang yang kritis dan mau diajak untuk mencapai sukses dalam bidang
bisnisnya.[6]
D.
Kebutuhan wirausaha
Berbagai macam teori motivasi juga mampu menjelaskan motifasi orang
melakukan kegiatan usaha sebagai seorang wirausaha:
1.
Motif
berprestasi kewirausahaan (Teori David McClelland, 1961):
Seorang wirausaha melakukan kegiatan usaha didorong oleh kebutuhan
untuk berprestasi, berhubungan dengan orang lain dan untuk mendapatkan
kekuasaan baik secara finansial maupun secara sosial. Wirausaha melakukan
kegiatan usaha dimotivasi oleh:
a.
Motif
berprestasi (need for achievement)
Orang melakukan kegiatan kewirausahaan didorong oleh keingginan
mendapatkan prestasi dan pengakuan dari keluarga maupun masyarakat.
b.
Motif
berafiliasi (need for affiliation)
Orang melakukan kegiatan kewirausahaan didorong oleh keinginan
untuk berhubungan dengan orang lain secara sosial kemasyarakatan.
c.
Motif kekuasaan
(need for power)
Orang melakukan kegiatan kewirausahaan didorong oleh keingginan
mendapatkan kekuasaan atas sumberdaya yang ada. Peningkatan kekayaan,
pengusahaan pasar sering menjadi pendorong utama wirausaha melakukan kegiatan
usaha.
2.
Motif Kebutuhan
Maslow (Teori Hirarki Kebutuhan Maslow, 1970):
Teori hirarki kebutuhan Maslow mampu menjelaskan motivasi orang
melakukan kegiatan usaha. Maslow membagi tingkatan motivasi ke dalam hirarki
kebutuhan dari kebutuhan yang rendah sampai yang berprioritas tinggi, di mana
kebutuhan tersebut akan mendorong orang untuk melakukan kegiatan usaha.
3.
Physiological
Need
Motivasi seorang melakukan kegiatan kewirausahaan didorong untuk
mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, fisiologi seperti makan, minum,
kebutuhan hidup layak secara fisik dan mental.
4.
Security need
Motivasi melakukan kegiatan usaha, bisnis untuk memenuhi rasa aman
atas sumberdaya yang dimiliki, seperti investasi, perumahan, asuransi, dan
lain-lain.
5.
Social need
Motivasi seseorang melakukan kegiatan usaha, bisnis untuk memenuhi
kebutuhan sosial, berhubungan dengan orang lain dalam suatu komunitas.
6.
Esteem need
Motivasi melakukan kegiatan usaha, bisnis untuk memenuhi rasa
kebanggaan, diakuinya potensi yang dimiliki dalam melakukan kegiatan bisnis.
7.
Self
actualization need
Motivasi melakukan kegiatan usaha untuk memenuhi kebutuhan
aktualisasi diri. Keingginan wirausaha untuk menghasilkan sesuatu yang diakui
secara umum bahwa hasil kerjanya dapat diterima dan bermanfaat bagi masyarakat.[7]
E.
Kebutuhan
Kewirausahaan
Menurut J.A. Schumpeter adalah seorang inovator, sebagai individu
yang mempunyai kenalurian untuk melihat benda materi sedemikian rupa yang
kemudian terbukti benar, mempunyai semangat, kemampuan dan pikiran untuk menaklukkan
cara berpikir lamban dam malas. Seorang wirausahawan mempunyai peran untuk
mencari kombinasi-kombinasi baru, yang merupakan gabungan dari lima hal, yaitu:
1. Pengenalan barang dan jasa baru
2. Metode produksi baru
3. Sumber bahan mentah baru
4. Pasar-pasar baru dan
5. Organisasi industri baru[8]
Pendirian suatu usaha berkaitan erat dengan penyedia segala sesuatu
yang berhubungan dengan kebutuhan usaha tersebut. Kebutuhan usaha yang
diperlukan mulai dari persiapan perusahaan berdiri sampai beroperasi. Dengan
kata lain, kebutuhan usaha adalah hal-hal yang harus dipenuhi perusahaan untuk
mendirikan dan menjalankan usaha dari awal hingga perusahaan beroperasi.
Kebutuhan usaha yang diperlukan terdiri dari beragam jenis
tergantung dari bidang usaha masing-masing perusahaan. Artinya jenis dan jumlah
kebutuhan antara satu bidang dengan bidang yang lain jelas berbeda. Misalnya,
bidang usaha perhotelan memerlukan jenis dan jumlah kebutuhan usaha yang
berbeda dengan bidang industri, berbeda pula dengan bidang pertanian cokelat.
Baik jenis maupun jumlah kebutuhan usaha memerlukan penilaian
secara benar dan akurat. Tujuannya adalah agar tidak terjadi kekurangan atau
kelebihan pada saat usaha hendak dijalankan. Kekurangan akan menyebabkan adanya
penambahan biaya dan kelebihan mengakibatkan ada yang mubazir dan tidak
bermanfaat sehingga pengeluaran biaya menjadi berlebihan. Jumlah kebutuhan
usaha perusahaan juga disesuaikan dengan tujuan perusahaan saat ini. Namun,
dapat pula dibuat kebutuhan untuk
beberapa periode ke depan. Penyusunan kebutuhan ini harus dilakukan
secara benar sehingga tidak ada yang ketinggalan.
Setelah jenis-jenis kebutuhan disusun secara lengkap, langkah
selanjutnya adalah menentukan komponen harga setiap jenis kebutuhan. Harga pada
setiap komponen yang ditetapkan harus sesuai dengan harga pasar, atau harga dipatok berdasarkan
prediksi kondisi yang akan terjadi pada periode tertentu.
Hasil dari penilaian usaha dapat disusun secara terperinci sehingga
terlihat secara jelas apa saja jenis kebutuhan usaha yang diperlukan. Selain
itu, dapat diketahui jumlah setiap biaya setiap komponen dan pada akhirnya
dapat dihitung total biaya yang dibutuhkan untuk mendirikan dan menjalankan
usaha tersebut.
Dengan diketahui total kebutuhan usaha, dapat diketahui berapa
kekurangan dana yang dimilik sekarang ini. Untuk menutup kekurangan biaya kebutuhan
usaha tersebut dapat dicarikan dari berbagai sumber, baik dari modal sendiri
maupun modal pinjaman. Namun biasanya untuk usaha yang baru berjalan, pihak
perbankan sulit atau bahkan tidak mau meminjamkan modal.
Dalam praktik perbankan hanya mau membiayai usaha yang sudah
berjalan baik yang merupakan perluasan usaha atau penambahan kapasitas
produksi. Artinya dunia perbankan hanya mau membiayai usaha yang sudah berjalan.
Oleh karena itu, untuk usaha yang baru kebutuhan dana dapat diperoleh dari
modal sendiri atau pihak lainya. Modal sendiri dapat berupa penyetoran modal
dari pemegang saham atau dari modal sumbangan. Bagi perusahaan yang sudah
berjalan, disamping modal bank dapat pula menggunakan cadangan laba atau laba
yang belum dibagi.[9]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kewirausahaan adalah proses dinamika untuk menciptakan tambahan
kemakmuran. Tambahan kemakmuran ini diciptakan oleh individu wirausaha yang
menanggung resiko, menghabiskan waktu, dan menyediakan berbagai produk barang
dan jasa. Barang dan jasa yang dihasilkannya boleh saja bukan merupakan barang
baru tetapi mesti mempunyai nilai yang baru dan berguna dengan memanfaatkan
skill dan resourcs yang ada. Dalam pengertian wirausaha di atas
tersimpul konsep-konsep sepeti situasi baru, mengorganisir, menciptakan, kemakmuran,
dan menanggung resiko, wirausaha ini dijumpai pada semua profesi seperti
pendidikan, kesehatan, peneliti, hukum, arsitektur, engineering,
pekerjaan sosial dan distribusi.
Dari pengamatan prilaku wirausaha maka dapat dikemukakan tiga tipe
wirausaha, yaitu:
1.
Wirausaha yang
memiliki inisiatif.
2.
Wirausaha yang
mengorganisir mekanisme sosial dan ekonomi untuk menghasilkan sesuatu.
3.
Yang menerima
resiko atau kegagalan.
Kebutuhan usaha yang diperlukan terdiri dari beragam jenis
tergantung dari bidang usaha masing-masing perusahaan. Artinya jenis dan jumlah
kebutuhan antara satu bidang dengan bidang yang lain jelas berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Sonny Sumarsono, Kewirausahaan, Yogyakarta: Graha Ilmu,
2013.
Soeryanto Eddy, Entrepreneurship Menjadi Pebisnis Ulung,
Jakarta: Elex Media Komputindo, 2009.
Kasmir, Kewirausahaan, Edisi Revisi Cet. 10, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2014.
[1]Sonny
Sumarsono, Kewirausahaan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), Hal. 3
[2]Soeryanto
Eddy, Entrepreneurship Menjadi Pebisnis Ulung,(Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2009). Hal. 4
[3]Diakses
melalui http://Pelajar_Mahasiswa-Rangkuman-Materi-Kuliah-KEWIRAUSAHAAN.html pada
tanggal 1 April 2015 pukul 04.00.
[4]Diakses
melalui http://dosen.stiepasim.ac.id/jajibadrujaman/kewirausahaan/html pada
tanggal 1 April 2015 pukul 04.00.
[5]Diakses
melalui http://dosen.stiepasim.ac.id/jajibadrujaman/kewirausahaan/htmlpada
tanggal 1 April 2015 pukul 06.00.
[6]Diakses
melalui http://Pelajar_Mahasiswa-Rangkuman-Materi-Kuliah-KEWIRAUSAHAAN.html pada
tanggal 1 April 2015 pukul 04.00.
Pada tanggal 2 Maret 2015 pukul 10.30.
[8]Diakses
melalui http://joxyt.blogspot.com/2013/08/kebutuhan-akan-wirausaha.htmlPada
tanggal 1 Maret 2015 pukul 10.30.
[9]Kasmir, Kewirausahaan,
Edisi Revisi Cet. 10, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014), Hal. 80
Ditulis Oleh : faisalsaleh
Terimakasih atas kunjungan Kamu Karena telah Mau membaca artikel TYPE & KBUTUHAN KEWIRAUSAHAAN. Tapi Kurang Lengkap Rasanya Jika Kunjunganmu di Blog ini Tanpa Meninggalkan Komentar, untuk Itu Silahkan Berikan Kritik dan saran Pada Kotak Komentar di bawah. Kamu boleh menyebarluaskan atau mengcopy artikelTYPE & KBUTUHAN KEWIRAUSAHAAN ini jika memang bermanfaat bagi kamu, tapi jangan lupa untuk mencantumkan link sumbernya. Terima Kasih.
0 komentar:
Post a Comment